-->

Senin, 04 Februari 2013

Mekar Bukan Berarti Makar


Di tengah kisruh saling gugat hasil Pemilukada Brebes, bagian selatan Brebes pun tak tinggal diam. Enam kecamatan yang berada di wilayah ini bergerak menyatukan kekuatan demi memperbaiki nasib. Pemekaran!

Banyak alasan yang membuat ide memisahkan diri dari Brebes. Mulai dari ekonomi yang stagnan, kesempatan politik yang sempit hingga rumitnya menembus birokrasi. Puncaknya, Brebes Selatan yang dikomandoi Kecamatan Bumiayu menagih janji pemenang Pemilukada Brebes. Pasalnya, para kandidat kompak menyodorkan pemekaran sebagai program.

Kini sudah 65 desa setuju ide memekarkan diri. Bukan saja sekedar ikrar yang disampaikan, lembaga dan penyatuan aspirasipun dikuatkan dalam berbagai bentuk. Salah satu yang getol mengeruk dukungan adalah Forum Sebapa Sato Bumi. Forum ini didirikan dan dianggotai oleh Kades dan BPD di hampir seluruh wilayah yang ingin memekarkan diri.

Dukungan yang coba diraih bukan hanya dari rakyat di tempat yang ingin mekar. Brebes sebagai induk tak lupa diajak rembuk. Kalangan pesantren pun dilibatkan. Para kyai siap memasang diri demi memperbaiki ibu pertiwi. Brebes sebagai induk tak luput dari ajakan urun rembuk. Kebetulan, ide ini juga didukung masyarakat di pesisir utara yang sudah sedih menyaksikan saudaranya di selatan yang serba sulit dalam banyak urusan.

Lihat saja masyarakat Brebes Selatan yang hingga kini masih banyak yang illegal. Pengurusan akte lahir yang memakan waktu dan biaya membuat banyak anak-anak dan dewasa Brebes Selatan minim identitas. Kebetulan secara prinsip Brebes juga merestui pemekaran daerahnya di bagian selatan. Meski tentu saja keputusan ada di tangan Jakarta.

Brebes Selatan sendiri memang sudah teramat menderita hingga merasa memekarkan diri adalah jalan pintas agar peradaban di situ tidak mandek. Bayangkan saja, selama ini perekonomian daerah ini serasa jalan di tempat. Meski telah ada jalan lingkar luar di Bumiayu, namun kehidupan masyarakat sekitar tetap stagnan. Usut punya usut, buruknya infrastruktur jadi biang kerok. Persebaran ekonomi yang cuma menumpuk di Bumiayu juga jadi masalah.  

Salem dan Bantarkawung adalah yang paling menderita. Dua wilayah paling barat ini mesti menempuh berpuluh kilometer hanya sekedar membelanjakan uang. Lebih parah jika menyangkut tetek-bengek administrasi kependudukan. Brebes yang jaraknya dua kali lipat membuat urusan terasa serba gawat. Sekedar mengurus ijazah hilang, akte kelahiran, hingga SIM memerlukan seharian penuh. Belum lagi biaya yang dibutuhkan. Lebih kacau lagi jika ketemu calo.

Jika ditanya punya apa hingga nekad memekarkan diri. Maka jawabannya adalah justru karena Brebes Selatan “tidak punya apa-apa dan tidak punya siapa-siapa” sehingga wajib memekarkan diri. Dengan kekuasaan lebih ditangan, kemajuan kian mudah diraih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar