Saya
sering berselancar di dunia maya dan memperhatikan berbagai media sosial yang
baru baik melalui laptop atau aplikasi mobile. Banyak juga ternyata media
sosial yang merupakan jiplakan situs sosial media raksasa saat ini. Misalnya
saja, yang menarik bagi saya, adalah Pinterest, yang - lihat saja - sudah
banyak di-copy dengan mudahnya oleh pengelola lain karena - memang harus diakui
- memiliki interface yang unik dan
menarik seperi majalah dinding sekolah atau
kamous dalam bentuk online. Selain itu ada Instagram yang sudah banyak dijiplak
mentah-mentah karena fitur Photoshop yang dapat dilakukan dengan mudah.
Pergerakan berbagai terobosan
bidang tekhnologi telah mendorong pergeseran situs yang ‘in’ dan antusiasme
konsumen. Akan tetapi yang menjadi fokus utama menariknya media digital
tersebut adalah kualitas dan jumlah konsumen yang berperan serta secara aktif,
sebab media sosial bukan sebatas tekhnologi namun pelaku yang
mengaplikasikannya.
Perkembangan tekhnologi media
sosial sejak era Friendster yang booming bertahun-tahun lalu telah dilibas
pemain-pemain baru yang hingga kini bertahan sebagai raksasa yaitu Facebook dan
Twitter, selain yang telah saya sebut diatas dan itupun masih banyak lagi yang
kian deras bagai tak ada hentinya. Belum menguasai aplikasi tekhnologi yangs
atu, sudah muncul lagi yang lain. Fenomena tekhnologi memang luar biasa!
Berawal dari media sosial facebook
yang bertujuan untuk menghubungkan teman-teman kampus dan komunitas tertentu
hingga menyebar ke seluruh dunia dan ‘menangkap’ keberadaan seseorang didunia
nyata dengan menggunakan aplikasi dunia maya, hingga Twitter yang menghubungkan
komunitas yang memiliki minat dan ketertarikan yang sama, dan berlanjut ke
Foursquare untuk mengetahui lokasi keberadaan seseorang atau sekelompok orang.
Semua itu dapat diakses karena canggihnya teknologi mobile yang
terintegrasi dengan GPS. Media sosial lain yang mengoptimalkan tekhnologi
tersebut a.l. Google Latitude, Banjo, Badoo, dan masih banyak lagi. Namun
kemudian beberapa pengguna banyak yang menonaktifkan media sosial mereka karena
alasan privasi.
Terobosan tekhnologi berikutnya
adalah gamification yang kini telah diaplikasikan lebih jauh dari perkiraan
semula. Era big data telah memungkinkan segala hal dapat diukur dengan angka
dan tersedia dimana-mana. Video game kini menjadi bisnis yang
menggairahkan karena jumlah peminat yang semakin meningkat. Berikutnya adalah alternate reality
yang lebih tepat disebut sebagai tekhnik pengembangan alur cerita, bukan
mengandalkan tekhnologi semata, dimana video game yang ada saat ini telah
menyediakan fitur interactive narrative dimana para gamer dapat menentukan
sendiri alur game berdasarkan keinginan mereka. Menarik bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar