-->

Senin, 04 Februari 2013

Mengapa Harus PKS?


Pertama, PKS dianggap mempolitisasikan agama. Menurud Said Aqil Sirad, apabila partai itu membuat kerusakan maka dampaknya akan mencemarkan Islam. “Partai Islam melanggar hukum, misalnya korupi, Islam jadi terbawa-bawa…Tidak usah mempolitisirkan agama,” katanya lagi. Menurutnya, seluruh partai politik di Indonesia sebaiknya menjadi partai nasionalis tanpa menjual Islam, atau agama sebagai dagangan politik.


Tuduhan Said ini termasuk cukup berat karena dia menyamaratakan semua partai Islam secara membabi-buta. Dia menganggap semua partai Islam bersikap licik karena menggunakan agama untuk mencapai popularitas dunia.  Walaupun dia menyerukan supaya membedakan partai Islam dengan ideologi Islam yang dibawanya, ternyata dia tetap menganggap kesalahan yang dilakukan oleh seorang tokoh partai dianggap sebagai kesalahan partai secara keseluruhan.

Suatu tuduhan yang tidak adil. Dimana ada manusia yang terlepas dari kesalahan? Kalau mau melihat secara adil, maka nilailah partai itu secara keseluruhan. Mulai dari AD/ART nya, aktifitasnya dalam masyarakat, pergantian kepemimpinan, aktifitasnya dalam jabatan-jabatan pemerintah, dsb. Kalau secara umum aktifitas partai itu baik, maka bisa dipastikan partai itu berhasil mendidik kader-kadernya dengan baik. Dan ini merupakan ciri-ciri partai yang baik. Kalau ternyata ada satu dua orang kader yang melakukan kesalahan, maka setelah mengetahui track-record partai tersebut, harusnya kader bermasalah itu yang diserang. Sebaliknya kalau yang diserang malah partai tersebut, maka ini disebut dengan aji mumpung. Aji mumpung ketika ada kesempatan untuk menghancurkan partai tersebut.

Kalau memperhatikan track-record Said yang sering membela aliran sesat seperti Syiah dan Ahmadiyah serta agama non-Islam, dibandingkan umat Islam sendiri, ajakan tersebut bertujuan untuk:
  1. Menaikkan rating sekulerisme.
  2. Menjaga agar tradisi-tradisi NU tidak tergerus oleh partai-partai Islam baru yang cenderung menyerukan kepada pembaharuan.


Kalau seruan itu berasal dari tokoh-tokoh dari partai politik sekuler, maka bisa dipastikan mereka merasa tersaingi dengan kehadiran partai Islam yang membawa ideologi Islam.  Mereka takut kalau umat Islam sadar atas pentingnya memilih calon-calon pemimpin ataupun wakil rakyat yang kental keislamannya. Mereka tidak memiliki keahlian itu. Oleh karena itu mereka menginginkan partai-partai yang membawa ideologi Islam agar melepaskan atribut tersebut dan bertanding dalam ring yang sama. Atau kalau tidak partai-partai Islam itu akan dituduh mempermainkan agama atau mempolitisir agama.
Sebenarnya drama yang terjadi sekarang ini merupakan sunnatullah, dimana yang haq selalu ditentang oleh kebatilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar