Pertama, PKS dianggap mempolitisasikan agama. Menurud Said Aqil
Sirad, apabila partai itu membuat kerusakan maka dampaknya akan mencemarkan
Islam. “Partai Islam melanggar hukum,
misalnya korupi, Islam jadi terbawa-bawa…Tidak usah mempolitisirkan agama,”
katanya lagi. Menurutnya, seluruh partai
politik di Indonesia sebaiknya menjadi partai nasionalis tanpa menjual Islam,
atau agama sebagai dagangan politik.
Tuduhan Said ini termasuk cukup
berat karena dia menyamaratakan semua partai Islam secara membabi-buta. Dia
menganggap semua partai Islam bersikap licik karena menggunakan agama untuk
mencapai popularitas dunia. Walaupun dia menyerukan supaya membedakan
partai Islam dengan ideologi Islam yang dibawanya, ternyata dia tetap
menganggap kesalahan yang dilakukan oleh seorang tokoh partai dianggap sebagai
kesalahan partai secara keseluruhan.
Suatu tuduhan yang tidak adil.
Dimana ada manusia yang terlepas dari kesalahan? Kalau mau melihat secara adil,
maka nilailah partai itu secara keseluruhan. Mulai dari AD/ART nya,
aktifitasnya dalam masyarakat, pergantian kepemimpinan, aktifitasnya dalam
jabatan-jabatan pemerintah, dsb. Kalau secara umum aktifitas partai itu baik,
maka bisa dipastikan partai itu berhasil mendidik kader-kadernya dengan baik.
Dan ini merupakan ciri-ciri partai yang baik. Kalau ternyata ada satu dua orang
kader yang melakukan kesalahan, maka setelah mengetahui track-record partai
tersebut, harusnya kader bermasalah itu yang diserang. Sebaliknya kalau yang
diserang malah partai tersebut, maka ini disebut dengan aji mumpung. Aji
mumpung ketika ada kesempatan untuk menghancurkan partai tersebut.
Kalau memperhatikan track-record
Said yang sering membela aliran sesat seperti Syiah dan Ahmadiyah serta agama
non-Islam, dibandingkan umat Islam sendiri, ajakan tersebut bertujuan untuk:
- Menaikkan rating sekulerisme.
- Menjaga agar tradisi-tradisi NU tidak tergerus oleh partai-partai Islam baru yang cenderung menyerukan kepada pembaharuan.
Kalau seruan itu berasal dari
tokoh-tokoh dari partai politik sekuler, maka bisa dipastikan mereka merasa
tersaingi dengan kehadiran partai Islam yang membawa ideologi Islam.
Mereka takut kalau umat Islam sadar atas pentingnya memilih calon-calon
pemimpin ataupun wakil rakyat yang kental keislamannya. Mereka tidak memiliki
keahlian itu. Oleh karena itu mereka menginginkan partai-partai yang membawa
ideologi Islam agar melepaskan atribut tersebut dan bertanding dalam ring yang
sama. Atau kalau tidak partai-partai Islam itu akan dituduh mempermainkan agama
atau mempolitisir agama.
Sebenarnya drama yang terjadi
sekarang ini merupakan sunnatullah, dimana yang haq selalu ditentang oleh
kebatilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar